Senin, 01 November 2010

Keturunan Rasulullah Saw,Adakah...??

keturunan Rasulullah, adakah.....?

KETURUNAN RASULULLAH ADAKAH ... ?

1. Orang yang pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW putus keturunannya bernama Al ‘Ash bin Al Wail Assahmy. Ketika wafat putra Nabi Muhammad SAW yang bernama Qasim (dalam riwayat lain Ibrohim), Al ‘Ash berkata “Muhammad putus keturunannya”. Perlakuan/perkataan Al ‘Ash tersebut membuat sakit hati Pimpinan Para Rasul tersebut. Dalam kesedihannya Rasulullah SAW tertidur, kemudian Allah SWT menghibur beliau dengan turunnya Surat Al Kautsar sekaligus sebagai bantahan terhadap ucapan Al ‘Ash tersebut dengan Firman Nya :

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus. (Al-Kautsar)

Lihatlah betapa Allah murka terhadap orang yang telah membuat sedih kekasihnya tersebut, hingga Allah menyebutnya “musuhmu”. Hal ini karena Al ‘Ash telah lancang dengan berkata bahwa “Muhammad putus keturunannya”. Semoga kita tidak mengikuti jejak Al ‘Ash. Amin ....

2. Di Malam pernikahan Al Imam Ali bin Abi Tholib dengan Sayidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW, beliau (Rasulullah SAW) memanjatkan do’a untuk mereka berdua, diantara do’a-do’a tersebut sebagai berikut :

“Ya Allah, berkahilah keturunan mereka berdua” (H.R. An Nasai), “ Semoga Allah mengeluarkan dari mereka berdua keturunan yang banyak dan baik”. (H.R. Ahmad), dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW berdo’a “ Semoga Allah merukunkan mereka berdua dan memperbaiki kualitas keturunannya dan menjadikan keturunan mereka berdua pembuka pintu rahmat, sumber-sumber hikmah dan pemberi rasa aman bagi umat”. Hadits-hadits tersebut disebutkan dalam kitab Ash Shawaiq karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamy.

Apakah Allah Yang Maha Pemurah berkenan mengecewakan kekasihnya yang diutus sebagai Rahmat bagi seluruh umat itu ????

3. Dari semua Putra dan Putri Nabi Muhammad SAW, hanya Sayidah Fatimah lah yang keturunannya berkesinambungan, karena dari pernikahan Imam Ali dengan sayidah Fatimah tersebut, Allah menganugrahi Kekasih Nya (Rasulullah) beberapa orang cucu yang lucu dan sangat mirip dengan kakeknya yang sangat mulia. Cucu-cucu beliau adalah : Al Hasan, Al Husein, Zaenab dan Muhsin. Namun yang memiliki keturunan hingga sekarang hanya dari Al Hasan dan Al Husein. Jadi, dari Al Hasan dan Al Husen lah keturunan Nabi Muhammad SAW berkelanjutan hingga banyak dan berkah. Sebahagian orang ada juga yang beranggapan bahwa keturunan Rasulullah SAW terputus pada saat peristiwa Karbala, tetapi sesungguhnya orang-orang yang beranggapan hal tersebut belum tahu sejarah yang sebenarnya. Coba telaah kembali, jangan cepat puas hanya dengan mendengar “katanya” ......

4. Sebahagian orang ada juga yang berpendapat bahwa keturunan Rasulullah SAW terputus, mereka beranggapan bahwa keturunan yang sekarang ini bukanlah keturunan dari anak laki-laki melainkan dari anak perempuan Rasulullah SAW yaitu Sayidah Fatimah. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah :

a. Bila seseorang mempunyai seorang putri (anak perempuan), dan ketika beranjak dewasa dinikahkan, kemudian dari pernikahan tersebut mempunyai keturunan (anak), apakah anak yang lahir tersebut bukan cucunya?[1]

ذَ لِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْ تِيْهِ مَن ْ يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ (المـــائدة : )

“ Itu adalah Anugrah dari Allah, Ia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (pemberiannya), lagi Maha Mengetahui. Q.S. Al Maidah : 54

b. Kalaupun hal tersebut tidak berlaku[2], maka sesungguhnya hal tersebut adalah khususiah (anugrah semata) dari Allah yang tidak berlaku untuk umum melainkan khususiah untuk Nabi Muhammad SAW, sebagaimana Beliau mendapat banyak khususiah lain yang tidak berlaku kecuali untuk beliau, seperti beristri lebih dari 4 (empat) wanita sekaligus. Allah SWT berfirman :

khususiah ini disampaikan oleh lisan Baginda Rasululloh dalam sabdanya : “setiap anak bernisbah kepada ayahnya kecuali anak-anak Fathimah, akulah wali dan nisbahnya” (H.R. Hakim).

c. Al Imam Musa Al Kadzim bin Ja’far Ashshodiq bin Muhammad Al Baghir bin Ali Assajjad bin Al Husen putra Imam Ali dan Sayidah Fatimah binti Muhammad Rasulullah SAW, pernah ditanya oleh Harun Ar Rasyid “Kalian mengaku keturunan Nabi Muhammad, bukankah seseorang bernisbah kepada kakek dari ayah bukan kakek dari ibu?” Al Imam Musa membaca Surat Al An’am, ayat 84-85 yang berbunyi “Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya’qub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) Yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. - Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh”. Lalu Beliau berkata “Bukankah Nabi Isa tidak mempunyai ayah?” tetapi dalam ayat ini Nabi Isa dikelompokan dalam cucu keturunan Nabi Nuh AS, begitu pula yang terjadi pada kami”.

5. Di dalam Shohih Bukhori diriwayatkan ketika seseorang bertanya cara bersholawat, maka Rasulullah SAW mengajarkan :

اللهم صل على محمد وازواجه وذريته

Ya Allah Bersholawatlah atas Muhammad dan Istri-istrinya dan keturunannya” shohih Bukhori hadits ke 6360.

6. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW bersabda “Akan datang seseorang dengan membawa keadilan, namanya seperti namaku, nama ayahnya seperti nama ayahku (dialah) Al Mahdi keturunanku dari Fathimah”. HR. Aththobaroni

7. Dalam Shohih Muslim dimana Beliau berwasiat kepada umat dalam sebuah khutbahnya untuk berpegang teguh pada dua hal, Al Qur’an dan (ulama) dari keturunan beliau (tidak akan sesat). Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang berpegang teguh pada keduanya maka ia tidak akan sesat dan keduanya tidak akan hilang hingga kiamat”. HR. Muslim, Hadits ke 4425.

Bahkan Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin BAZ, Mufti resmi kerajaan Saudi Arabia dari kalangan Mazhab Al Wahabiyah (yang penganutnya tidak percaya ada keturunan rasul) memberi keterangan yang dimuat dalam Majalah “Al Madinah”, Hal 9, No: 5692, tanggal 7 Muharram 1402 H (24 oktober 1982 M), bahwa : Keturunan atau Ahlul bait Rasulullah SAW memang ada, yang silsilahnya berasal dari Al Hasan RA, dan ada pula yang berasal dari Al Husen RA.

8. Bila ada keturunan Rasulullah SAW yang melanggar syariat (bermasksiat) maka tidak boleh ditiru dan tetap bersalah, begitu pula bila ada seseorang yang mengaku keturunan Rasulullah (Habib/Sayyid), kemudian bertingkah laku yang meresahkan atau kurang baik, maka hal tersebut terjadi kemungkinan karena salah satu dari tiga hal yaitu :

a. Boleh jadi orang tersebut hanyalah mengaku-ngaku saja untuk mencari keuntungan atau manfaat dunia semata, bahkanpula sengaja ingin mencemarkan nama baik keturunan Rasulullah SAW, dan itu sudah banyak terjadi. Hal ini biasanya didasari oleh rasa hasud.

b. Bisa jadi orang tersebut hanya orang arab biasa yang mengaku-ngaku keturunan Rasulullah SAW yang bertujuan sama. Setiap keturunan Rasulullah SAW (sayid atau Habib) adalah orang Arab, tetapi tidak semua orang Arab itu keturunan Rasulullah SAW.

c. Bisa jadi orang tersebut benar-benar keturunan Rasulullah SAW yang berakhlaq tidak baik dan mempunyai kebiasaan yang kurang baik, namun satu hal yang perlu diingat bahwa mereka manusia juga, bukan malaikat yang tidak punya nafsu dan tidak tergoda oleh syetan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Ahzab, ayat 33 : “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Dan ulama berkata : tidak disebut pensucian bila tidak ada kotoran, sesuatu yang disucikan adalah karena sebelumnya ada kotoran. Oleh karena itu kita jangan diam bahkan dianjurkan untuk menasehati atau menegurnya, dan itu merupakan salah satu bentuk cinta dan perhatian kita. Bukankah Rasulullah SAW akan merasa senang jika ada yang memperhatikan keturunannya????

Bila anda mendapati (bertemu) dengan keturunan Rasulullah yang demikian, maka hal-hal yang dapat anda lakukan adalah :

a. Tanya Nasabnya, apakah ia benar-benar keturunan Rasulullah SAW

b. Tanyakan kepadanya, apakah mereka mengenal habaib-habaib yang lain?, adakah habaib yang mereka kenal?, lalu sebutkan nama-nama habaib yang berakhlaq baik agar hal tersebut sekaligus menjadi teguran baginya.

c. Hubungi habaib yang terdekat, yang anda kenal dengan baik atau hubungi no telp. .................... agar habib tersebut menasehatinya.

9. Hampir setiap tokoh penyebar Islam yang mengayomi umat di berbagai penjuru dunia termasuk di pelosok nusantara adalah keturunan dari Al Hasan dan Al Husen. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan kecuali buah keberkahan d’oa dari Datuk mereka yaitu Rasulullah SAW pada malam pernikahan antara kakek dan nenek mereka yaitu Imam Ali dan Sayidah Fatimah.

Sekedar bahan untuk direnungkan bahwa Nabi kita Nabi Muhammad SAW sangat penuh kasih sayang, baik terhadap umatnya, sahabat, keluarganya, atau keturunannya. Jika beliau tidak menginginkan seorangpun umatnya masuk ke dalam neraka, apakah beliau rela kerabatnya masuk ke dalamnya????.

Catatan Kaki :

[1] Pastilah semua kakek akan mengakui semua cucu-cucunya, walaupun cucunya tersebut dari anak kakek yang perempuan.

[2] Kalaupun memang tidak berlaku karena bukan dari keturunan laki-laki.



2 komentar:

  1. Bicara masalah keberadaan 'ahlul bait' atau keturunan nabi, disatu pihak ada kaum yang mengklaim bahwa merekalah yang satu-satunya berhak 'mewarisi' mahkota atau tahta keturunan 'ahlul bait'. Ee pihak kaum yang satunya juga tak mau kalah bahwa merekalah yang pihak pewaris tahta keturunan 'ahlul bait'. Dalil kedua pihak ini, sama-sama merujuk pada peran dan keberadaan dari Bunda Fatimah, anak Saidina Muhammad SAW bin Abdullah, sebagai 'ahlul bait' yang sesungguhnya dan sering dianggap oleh sebagian besar umat Muslim sebagai pewaris 'keturunan nabi atau rasul'.

    Jika kita merujuk pada Al Quran, yakni S. 11:73, 28:12 dan 33:33 maka Bunda Fatimah ini tinggal 'satu-satu'-nya dari beberapa saudara kandungnya. Benar, jika beliau inilah, salah satu pewaris dari tahta ahlul bait. Sementara saudara kandungnya yang lainnya, tidak ada yang hidup dan berkeluarga yang berumur panjang.

    Begitu juga, terhadap saudara kandung Saidina Muhammad SAW juga berhak sebagai 'ahlul bait', tapi sayang saudara kandungnya juga tidak ada karena beliau adalah 'anak tunggal'. Apalagi kedua orangtua Saidina Muhammad SAW, yang juga berhak sebagai 'ahlul bait', tetapi sayangnya kedua orangtuanya ini tak ada yang hidup sampai pada pengangkatan Saidina Muhammad SAW bin Abdullah sebagai nabi dan rasul Allah SWT.

    Kembali ke masalah Bunda Fatimah, karena tinggal satu-satunya sebagai pewaris tahta 'ahlul bait', maka timbullah masalah baru, bagaimana pula status dari anak-anak dari Bunda Fatimah yang bersuamikan Saidina Ali bin Abi Thalib, keponakan dari Saidina Muhammad SAW, apakah anak-anaknya juga berhak sebagai 'pewaris' tahta ahlul bait?.

    Dengan meruju pada ketiga ayat di atas, maka karena Bunda Fatimah adalah berstatus sebagai 'anak perempuan' dari Saidina Muhammad SAW, dan dilihat dari sistim jalur nasab dengan dalil QS. 33:4-5, maka perempuan tidak mempunyai kewenangan untuk menurunkan nasabnya. Kewenangan menurunkan nasab tetap saja pada kaum 'laki-laki', kecuali terhadap Nabi Isa As. yang bernasab pada bundanya, Maryam.

    Dari uraian tersebut di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa menurut konsep Al Quran, bahwa kita tidak mengenal sistim pewaris nasab dari pihak perempuan, artinya sistim nasab tetap dari jalur laki-laki. Otomatis Bunda Fatimah walaupun beliau adalah 'ahlul bait', tidak bisa menurunkan nasabnya pada anak-anaknya dengan Saidina Ali bin Abi Thalib. Anak-anak dari Bunda Fatimah dengan Saidina Ali, ya tetap saja bernasab pada nasab Saidina Ali saja.

    Kesimpulan akhir, bahwa tidak ada pewaris tahta atau mahkota dari AHLUL BAIT, mahkota ini hanya sampai pada Bunda Fatimah anak kandung dari Saidina Muhammad SAW. Karena itu, kepada para pihak yang memperebutkan mahkota ahlul bait ini kembali menyelesaikan perselisihan fahamnya. Inilah mukjizat dari Allah SWT kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, sehingga tidak ada pihak hamba-Nya, manusia yang mempunyai status istimewa dihadapan Allah SWT, selain hamba pilihan-Nya, nabi, rasul dan hamba-Nya yang takwa, muttaqin.

    semoga Allah SWT mengampuni saya.

    BalasHapus
  2. Allahuma Sholi wa salim wa barik alaih wa ala alaih

    BalasHapus